Skip to main content

Ajaib, Orangutan Buta Lahirkan Bayi Kembar


Orangutan Sumatera yang matanya buta dan dipelihara Karantina Baru Mbelin, Sumatera Utara, berhasil melahirkan bayi kembar pada 21 Januari lalu. Sejumlah pihak kejadian ini patur disyukuri karena akan menambah populasi hewan langka yang jumlahnya semakin sedikit itu.


"Saya sudah dua puluhan tahun berkecimpung di urusan Orangutan. Kasus kelahiran anak kembar, apalagi dari pasangan yang buta seperti Gober dan Leuser itu yang sama-sama buta sehingga harus dipelihara di karantina itu langka," kata Director of Conservation PanEco Foundation Ian Singleton di Medan, Kamis.

Gober adalah betina orangutan berumur 40 tahun, sedangkan Leuser berusia 30 tahun.

Menurutnya, dua bayi kembar orangutan itu adalah satu jantan dan satu betina. Keduanya, bersama induknya, dalam keadaan sehat.

"Untuk sementara tidak ada perawatan khusus.Tim membiarkan Gober mengurus anaknya secara alami. Hanya bapaknya yang dipisahkan dari mereka karena khawatir mengganggu anaknya," katanya.

Dia menjelaskan, orangutan jantan tidak memainkan peran dalam mengurus bayi, malah bisa mencelakakan anaknya.

Tim akan fokus mengikuti perkembangan anak orangutan itu karena hewan itu memang harus diselamatkan mengingat populasinya semakin berkurang.

"Kalau kondisi kesehatannya mengalami penurunan, maka akan dengan cepat ditangani secara medis," katanya.

Ketua Yayasan Ekosistem Leuser (YEL) dr Sofyan Tan menyebutkan, Gober dan Leuser terpaksa tidak dilepas ke hutan seperti orangutan yang dikarantina sementara di Mbelin, karena keduanya buta.

Gober sendiri ditangkap di Langkat pada November 2008 di sebuah kawasan yang disebut Sampan Getek, karena khawatir ditangkap atau dibunuh masyarakat karena hewan itu kerap merusak ladang warga.

Gober merusak ladang warga karena kedua matanya buta akibat penyakit katarak sehingga dia sulit mendapatkan makanan.

Sementara Leuser dikarantina karena buta akibat ditembak 62 kali oleh warga desa dekat perbatasan Taman Nasional Gunung Leuser.

Tiga butir peluru bersarang di matanya, terdiri dari dua peluru di sebelah kiri dan satu mata di sebelah kanan.

Dari 61 peluru yang bersarang di tubuhnya, hanya 16 peluru yag bisa dikeluarkan, selebihnya tidak bisa karena akan membahayakan nyawanya.

"Nama anak kembar orangutan itu sedang difikirkan. Saya tidak keberatan, kalau diberi nama seperti saya," kata Sofyan Tan.

Kepala Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam, Sumatera Utara, Arief Toengkagie, menyatakan sangat berterimakasih kepada YEl dan PanEco yang membantu penyelamatan Orangutan Sumatera.

"KSDA sendiri terus berupaya menjaga dan mempertahnkan kawasan hutan konservasi untuk mempertahankan keberadaan Orangutan yang semakin langka itu," kata Arief. (*)

Comments