Biografi Patrick Vieira, Salah 1 Gelandang Terbaik Yang Pernah Dimiliki Arsenal


Nama: Patrick Vieira
Kebangsaan: Prancis
Tanggal Lahir: 23 Juni 1976
Tempat Lahir: Dakar, Senegal
Postur: 192 cm/83 kg
Julukan: La Grande Saucisse, Paddy
Posisi: Gelandang Bertahan
Debut Pro: 20 November 1993, Nantes vs Cannes, 0-0
Debut Timnas: 26 Februari 1997, Prancis vs Belanda , 2-1
Penampilan Timnas: 94 (6 gol)

Patrick Vieira (lahir di Dakar, Senegal, 23 Juni 1976; umur 34 tahun) adalah gelandang tim nasional sepak bola Perancis yang bertinggi badan 191 cm dan sekarang bermain di Manchester City.

Dikenal mempunyai operan bola yang hebat serta fisik yang kuat, namanya mulai dikenal sejak memperkuat Arsenal di Liga Utama Inggris. Arsenal ia bawa menjadi juara Liga Utama 3 kali (1997-98, 2001-02, 2003-04) dan Piala FA 4 kali (1998, 2002, 2003, 2005). Saat Tony Adams memutuskan untuk pensiun pada tahun 2002, Vieira menggantikannya sebagai kapten Arsenal.

Dipanggil ke tim nasional untuk pertama kalinya pada tahun 1997, Vieira telah memenangi Piala Dunia 1998 dan Piala Eropa 2000 bersama Perancis. Hingga 9 Juli 2006, ia telah 95 kali memperkuat Perancis.


Biografi

Tak Lupa Akar Afrika

Seperti beberapa anggota skuad Les Bleus masa kini, Patrick Vieira juga tidak lahir di daratan Eropa. Ia lahir di Dakar, Senegal, dan bersama abangnya mesti menemani sang ibu, Emilienne, menyeberang ke Prancis di usia delapan tahun.

Tak jelas di mana sang ayah berada ketika itu. Vieira sendiri mengaku tak pernah mengenal papanya. "Ini bagian dalam hidupku yang enggan aku bahas," katanya dalam sebuah wawancara di harian The Guardian.

Keluarga imigran ini lantas menempati rumah susun di Trappes, di pinggir kota Paris, dekat Versailles. Pada masa-masa itu, kondisi di sekitar kediaman Vieira masih cukup damai. Tak seperti saat ini di mana sering terjadi kekerasan, khususnya yang berbau Sara.

Di sinilah dia mulai mengembangkan bakatnya di sepak bola. Dua musim bersama Cannes (1993-1995), Vieira dilirik AC Milan. Sayang, ia tak berkembang bersama klub raksasa Italia itu dan hanya tampil dalam dua pertandingan pada musim 1995/96.

Namanya mulai melambung sejak direkrut Arsene Wenger pada awal musim 1996/1997. Dunia pun pada akhirnya menjadi saksi terjadinya metamorfosis seorang imigran Afrika.

Dari seorang bocah pendiam yang dibesarkan oleh orangtua tunggal, Vieira menjelma menjadi salah satu gelandang terbaik dunia serta bergelimang gelar bersama Arsenal dan timnas Prancis. Sejak tahun 2000, klub-klub kaya seperti Real Madrid, Juventus, Manchester United mencoba menggaetnya.

Meski kadar kebintangannya semakin tinggi, Vieira tak pernah melupakan akarnya. Bersama mantan pemain Prancis seperti kiper Bernard Lama dan Jimmy Adjovi Boco mereka berinisiatif mendirikan Diambars Institute (‘Diambars’ dalam dialek Wolof, Senegal, berarti ‘pejuang’), yakni semacam akademi sepak bola modern yang tak hanya melatih anak-anak Afrika menjadi atlet sepak bola, tapi juga menyediakan kegiatan belajar-mengajar formal di dalam kelas.

Tanggal 24 Mei 2003, Vieira kembali ke negeri leluhurnya untuk pertama kali setelah 18 tahun dalam acara peletakan batu pertama institut tersebut di Saly, Senegal.

Ia berkata :
“ Identitas Afrikaku terasa makin penting.”
“ Saat meninggalkan Senegal pertama kali agak sukar untuk membiasakan diri dengan Paris. Masih untung bahasanya sama.”


“Anda terpaksa meninggalkan semua keluarga, teman, semua yang biasa Anda ketahui, budaya Afrika, dan seluruh jalan hidup Anda. Anda tak tahu hendak ke mana. Tapi, itu membuat kita belajar tentang diri sendiri. Anda belajar untuk menjadi kuat,” kenangnya.

“Penting bagiku untuk kembali berhubungan dengan Senegal, balik ke sana dan memulai sebuah proyek. Ini proyek yang kuimpikan sejak lama. Aku ingin mendarmabaktikan sesuatu buat negeri ini dan menggunakan sepak bola--semua orang suka sepak bola di sana--sebagai cara untuk memberi pendidikan kepada anak-anak. Mereka harus belajar bahwa hanya kerja keras yang dapat menuntun kepada kesuksesan.”, begitu katanya.

Menurut Vieira, pada awalnya ada siswa Diambars yang bahkan tak bisa baca-tulis. “Namun, sekarang sudah ada kemajuan. Mereka dapat membaca buku dan menulis berbagai kisah, sesudah itu berlatih sepak bola,” lanjutnya.

Ia berujar “Kami selalu bilang sangat sulit menjadi pesepak bola profesional. Mungkin hanya satu atau dua anak yang benar-benar akan sukses. Di sini pendidikan jadi penting. Kami membayari mereka untuk melanjutkan kuliah di universitas di Eropa. Sesudah itu mereka bisa balik ke Senegal, menjalankan bisnis dan menyongsong masa depan yang lebih cerah,” begitu cetusnya.

Serba-serbi Patrick Vieira

Berbeda di dalam Lapangan

Selalu ada fakta unik di balik perjalanan karier seorang bintang. Ini juga berlaku buat Patrick Vieira, pemain yang cuma jadi cadangan di AC Milan namun kemudian membubung tinggi di Arsenal.

Berikut beberapa di antaranya yang cukup menarik.

* Di AC Milan, ia cuma tampil dalam dua partai sepanjang musim. Namun, begitu diboyong ke Highbury dengan nilai transfer empat juta pound pada 1996, Vieira langsung jadi idola. Di musim berikut ia mengantar The Gunners mencetak double: juara liga dan juara FA Cup.

Ia bagian dari persyaratan yang diajukan manajer Arsene Wenger. Sebelum resmi menukangi Arsenal, Wenger meminta Vieira diboyong terlebih dulu. Vieira kemudian teken kontrak pada Agustus 1996, sedangkan Wenger sebulan sesudahnya. Termasuk pemain yang paling sering kena kartu dan bahkan pernah diusir dua kali berturut-turut dalam dua partai pembuka musim 2000/01.

* Kedisiplinannya membaik setelah menggantikan Tony Adams, yang pensiun, sebagai kapten baru pada musim 2002/03. Sayang, pada musim itu ia terkena cedera dan Arsenal pun kehilangan gelar juara. Ia juga absen di final Piala FA kala The Gunners menekuk Southampton 1-0.
* Di level klub, momen paling gemilang adalah ketika ia selaku kapten Arsenal mengangkat trofi juara di musim 2003/04 dengan rekor unbeaten.
* Ada dua anggota skuad Prancis pemegang gelar juara dunia 1998 yang berzodiak Cancer dan kebetulan sama-sama pernah menyandang ban kapten: Zinedine Zidane dan Patrick Vieira. Uniknya keduanya memiliki tanggal lahir sama, yakni 23 Juni. Bedanya, Zidane lahir pada tahun 1972 dan berusia empat tahun lebih tua. Oh ya, pendahulu mereka, Jean Tigana, anggota “kuartet ajaib” Les Bleus yang menjuarai Piala Eropa 1984 juga lahir pada 23 Juni ([1955]).
* Vieira punya karakter bertolak belakang di dalam lapangan. Saat bertanding, ia terlihat agresif dan tak suka kekalahan. Padahal, menurut L’Equipe, aslinya ia sangat kalem dan santai.

Orang menyangka para pemain Prancis di Arsenal sangat akrab dan senang kumpul-kumpul. Padahal justru sebaliknya. Meski saling menghargai, mereka nyaris tak pernah jalan bareng. Kepribadiannya pun berbeda. Vieira lebih suka ngobrol hal-hal di luar sepak bola. Thierry Henry, sebaliknya, sangat terobsesi dengan sepak bola dan bercita-cita menjadi striker terbaik sepanjang sejarah. Robert Pires, kendati ramah dan bersahabat, kadang bisa menjadi sosok misterius. Ia menyukai banyak hal, termasuk politik dan musik.

* Bukunya, Vieira: My Autobiography, dianggap kurang menceritakan hal-hal pribadi dan terlalu fokus kepada perjalanan kariernya di Arsenal dan timnas. Ada beberapa pernyataan unik dan kontroversial dalam buku terbitan Orion tersebut, termasuk kecamannya kepada Ruud van Nistelrooy dan kekagumannya kepada Manchester United, yang dianggap sebagai klub terbaik Inggris.

Prestasi Timnas

* Juara Piala Dunia 1998
* Runner-up Piala Dunia 2006
* Juara Piala Eropa 2000
* Juara Piala Konfederasi 2001

Prestasi Klub

* Juara Serie A 1995/96 (AC Milan)
* Juara Premier League 1997/98, 2001/02, 2003/04 (Arsenal)
* Juara Piala FA 1998, 2002, 2003, 2005 (Arsenal)
* Runner-up Piala FA 2001 (Arsenal)
* Juara Serie A 2005/06 (Juventus)
* Gelar Juventus kemudian dicopot karena terbukti terlibat dalam skandal pengaturan skor.


Penghargaan

* Carling Player of the Year, 2001, Arsenal
* Carlsberg Player of the Year, 2004, Arsenal
* Salah satu dari 100 pemain terbaik dunia versi FIFA, 2004
* Legion d'Honneur (Penghargaan tertinggi buat warga negara Prancis), 1998

Patrick Vieira telah menyiapkan target klub masa depannya setelah karirnya 'selesai' di Manchester City. Gelandang asal Prancis ini berniat menjajal Liga Amerika Serikat (MLS) di penghujung karirnya.

Ya, MLS memang menjadi salah satu daya tarik bagi pebola-pebola dunia yang mulai digerogoti usia. MLS seakan menjadi surganya para pebola uzur.

Sebut saja beberapa nama besar macam David Beckham yang kini membela Los Angeles Galaxy atau Thierry Henry yang berkostum New York Red Bulls. Keduanya menjadi ikon MLS selain pemain lain macam Rafael Marquez serta Juan Pablo Angel.

Dan Vieira sadar di usianya yang telah mencapai 34 tahun, karirnya di Manchester City tentu tak lama lagi. Karena itu, Vieira berniat akan terbang ke MLS setelah kontraknya di City of Manchester Stadium berakhir.

"Saya masih punya satu tahun tersisa dari kontrak saya dan saya pikir ini akan menjadi tahun terakhir saya di Eropa bermain di level tertinggi. Saya akan senang mencoba Amerika Serikat, Youri Djorkaeff menyarankan saya," ujar Vieira seperti dilansir Tribal.

Vieira sangat dekat dengan Djorkaeff dan Henry. Ketiganya ikut mengantarkan Prancis tampil sebagai juara dunia 1998 silam. Menariknya, dua rekan Vieira ini sama-sama menjajal Liga Amerika bersama klub New York Red Bulls. Namun Djorkaeff telah pensiun pada 2006 silam.

Dan Red Bulls sepertinya juga akan menjadi klub masa depan Vieira mengingat kedekatan klub itu dengan dua rekannya.

Comments