Microsoft Makin Kehilangan Pamor?

Seattle - Setahun lalu, Microsoft Corp mengecewakan ramalan Wall Street tentang penjualan sistem operasi Windows 7. Investor juga mulai khawatir dengan kinerjanya.

Pekan ini, dengan perdagangan saham yang sedikit lebih rendah dari tahun lalu, perusahaan software terbesar dunia ini akan mengalami hal menyakitkan yakni laba yang merosot. Microsoft tengah berjuang meyakinkan investor perusahaan ini untuk dapat menginjakkan kaki pada pasar mobile dan tablet.

“Microsoft masih menjadi raksasa di bisnis PC, mesin berbasis Windows terjual lebih dari 300 juta setahun,” kata Tim Bajarin, presiden firma riset teknologi Creative Strategies. “Namun, mereka melewatkan revolusi smartphone,”.

Kebanyakan investor mengharapkan kuartal solid dari perusahaan ini, namun lebih fokus pada kekhawatiran Windows Phone Microsoft tak terjual dengan baik. Sementara keputusannnya membuat versi Windows untuk chip ARM bagi pasar berarti tak akan ada penantang berbasis Windows untuk iPad Apple Inc selama dua tahun.

“Saya berharap mereka beralih ke ARM dua tahun lalu, seharusnya mereka telah memikirkan ini,” kata analis McAdams Wright Ragen Sid Parakh. “Namun itu adalah permainan panjang. Pertanyaannya, Apakah iPad mengkanibalisasi produk Microsoft yang sudah ada, atau menambah komponen belanja elektronik konsumen? Saya yakin gabungannya”.

Menurut perusahaan riset Gartner, penjualan PC naik 3,1% dalam tiga bulan terakhir tahun lalu. Secara keseluruhan, tahun itu tak sesuai optimisme awal, penjualan PC meningkat 13,8%, jauh di bawah perkiraan musim panas Gartner yakni 19,2%.

Kabar baik untuk Microsoft, pelanggannya bisnisnya membeli komputer baru dengan lebih mudah daripada konsumen yang membeli iPad sebagai gantinya. Ketahanan pelanggan bisnis membantu teknologi IBM dan Intel Corp menghasilkan hasil positif dan membantu sahamnya naik lebih tinggi.

Namun, pasar menuntut lebih dari Microsoft. “Kami investor, kami punya ingatan pendek,” kata analis senior Fort Pitt Capital Kim Caughey Forrest. “Kami butuh banyak kepastian”. Menurut Thomson Reuters I/B/E/S, Microsoft diharapkan melaporkan keuntungan 68 sen per saham lebih rendah dibanding tahun lalu (74 sen).

Penjualan Windows 7 masih kuat, namun kemungkinan besar tak akan sesuai dengan angka tahun lalu yang didorong penangguhan satu kali pendapatan dari pra-penjualan sistem operasi.

Penjualan keseluruhan diharapkan meningkat dari US$19 miliar (Rp171 triliun) menjadi US$19,2 miliar (Rp173 triliun) tahun lalu, hal ini dibantu penjualan tak terduga yang kuat dari sistem game Kinect yang terjual delapan juta unit selama musim belanja liburan, jauh melampui target awal Microsoft yang hanya lima juta.

Namun, mengingat margin keuntungan hardware umumnya lebih rendah dibanding dengan software, penjualan Kinect tak diharapkan memicu lonjakan laba.

Satu fakta tak nyaman bagi Microsoft, perusahaan ini akan memiliki keuntungan kuartal lebih rendah dari Apple untuk pertama kalinya. Terakhir kali Apple menghasilkan keuntungan lebih besar dalam satu tahun dibanding Microsoft yakni pada 1990.

Pekan lalu, Apple mengumumkan laba US$6 miliar (Rp 4 triliun) pada kuartal penjualan kuat iPhone dan iPad selama musim belanja liburan. Analis memperkirakan Microsoft mendapat laba US$5,93 triliun (Rp5,35 triliun) pada kuartal sama. Dua tahun lalu, keuntungan Microsoft hampir dua kali lipat Apple.

Hal ini bisa menjadi momen menyakitkan bagi Microsoft yang secara efektif menyelamatkan Apple dari kepunahan dengan investasi US$150 juta (Rp1,3 triliun) pada 1997. “Ini psikologis,” kata Parakh. “Tak ada keraguan Apple memiliki momentum, mereka membangun produk hebat. Ini indikasi tantangan lain Microsoft”.

Apple mengalahkan nilai pasar Microsoft pada Mei lalu, dan melampauinya dalam hal pendapatan di akhir kuartal September lalu. Kini, Apple memiliki nilai pasar US$311 miliar (Rp280 triliun) dan jauh di depan Microsoft US$243 miliar (Rp219 triliun).

Jika Microsoft tak mengesankan bagi Wall Street kuartal ini, atau menunjukkan rencana realistis untuk tumbuh, pertanyaan inilah yang akan ditanyakan kepada kepemimpinan Steve Ballmer yang telah 12 tahun menjadi chief executive Microsoft. [mdr]

Comments